Tanggal 7-8 Agustus 2021 kemarin adalah hari yang menurut saya luar biasa. Bersyukur sekali saya dapat bergabung di Kopdar 7 Sahabat Pena Kita. Yang mana Webinar tersebut diadakan oleh Sahabat Pena Kita Pusat. Dengan mengambil tema Webinar Nasional Literasi Writerpreneur: Antara Peluang dan Tantangan. Dalam kesempatan kali ini banyak sekali suntikan vitamin tentang dunia literasi yang disampaikan oleh narasumber. Webinar merupakan salah satu pemantik supaya konsistensi literasi terus dipupuk.
Salah satu narasumber yang luar biasa yakni Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara. Beliau dalam menyampaikan materi sesuai dengan pengalaman. Beliau mulai menulis saat menjadi mahasiswa. Bulan Desember tahun 1981 awal menulis di catatan harian. Konsistensi beliau dalam menulis sungguh luar biasa dipertahankan sampai bertahun-tahun. Hingga akhirnya membuahkan hasil. Yakni lahirnya buku Dua Sisi Kehidupan. Beliau menulis secara personal sehingga menulis tanpa terbebani. Mengekspresikan secara jujur. Kata beliau "Dengan menulis dapat melepaskan beban-beban yang ada dipikiran serta mengungkapkan isi hati dan pikiran. Bagaikan komunikasi dari hati ke hati. Lebih nyaman".
Tulisan Prof. Mulyadi sangat beragam. Tulisan akademis, tulisan orisinal, terjemahan, antologi, dan sunting atau editing. Tulisan akademis misalnya Risalah Sarjana Muda, Berlian dari negeri Rum. Tulisan orisinal misalnya Menembus Batas Waktu, Seni Mengukir Kata, Lentera Kehidupan, Gerbang Kearifan dan lain-lain. Tulisan terjemahan Islam Doktrin dan Peradaban. Tulisan antologi misalnya Mozaik Khazanah Islam. Sunting misalnya Rasa'il Ikhwan As-Shafa.
Motivasi beliau dalam menulis adalah yang pertama, untuk mengabadikan hidup. Dengan menulis akan meninggalkan pikiran dan karya. Walaupun seorang sudah tiada namun tulisan-tulisan dan pikirannya tetap ada. Yang kedua, menyampaikan kebenaran sebagai seorang harus berani menyampaikan kebenaran meskipun ada hujatan dan ancaman. Yang ketiga, memberi banyak manfaat kepada orang lain. Yang keempat, menaklukkan waktu. Artinya tidak menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Menulis merupakan suatu kegembiraan.
Beliau menulis kurang lebih 1 bulan, dua Minggu bahkan tiga Minggu. Kuncinya yakni menulis tanpa beban. Jangan sampai menulis menjadi beban. Jika itu terjadi maka tulisan bukan lahir dari hati tapi dari emosi. Karena dengan menulis tanpa beban akan terlahir tulisan yang mengalir dan dapat dinikmati dari hati pula. Semua kembali pada niat. Jika niat baik maka akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya jika niatnya sudah salah maka hasilnya pun juga salah. Niat menjadi puncak dari segala perkara.
Beliau menulis dengan tulisan tangan. Bermodalkan pena dan buku. Kata beliau menulis tangan lebih nikmat. Ikatan batin antara penulis dengan karya lebih terasa. Merencanakan apa yang perlu ditulis, menghilangkam kecemasan, dan menguasai seni menulis juga sangat penting. Syarat menjadi penulis Konsistensi dan semangat yang tinggi. Mari menulis untuk mengabadi.
Salam literasi
Blitar, 10 Agustus 2021
0 Komentar