Menulis Itu Tranformasi Diri

 

Sumber gambar: mohammadnoer.com

“Tirakat santri paling utama adalah membaca, Ibadah santri paling membekas ialah menulis”

(KH. Abdurrahman Wahid)

Sejak bergabungnya dalam komunitas literasi, saya selalu tergerak dalam menulis. Menulis salah satu obat yang dapat menyembuhkan bagi seseorang yang mengalami tekanan dalam hidup. Secara logika tidak mungkin bahwa menulis mampu menyembuhkan. Menulis hanyalah sebagai perantara dalam mengurangi masalah yang dihadapi. Kita dapat meluapkan segala keluh-kesah yang kita hadapi melalui tulisan. Dengan menulis rasa gelisah dapat terlampiaskan dengan baik. Sebagian orang pasti pernah mengalami kegalauan yang berlebih. Kegalauan harus diluapkan salah satunya dengan menulis.

Tulisan demi tulisan saya ukir. Saya biasa menulis dicatatan harian di Handphone. Namun semua orang dapat menulis hanya bermodalkan sepuluh ribu. Menurut Prof. Mulyadhi Kartanegara menulis tidak harus memiliki HP, i-Pad, atau laptop. Menulis dapat dituangkan di kertas. Prof. Mulyadhi menulis tangan sampai berlembar-lembar ini salah satu capaian yang luar biasa yang dapat dijadikan sebagai panutan untuk menulis.

Kita dapat belajar menulis dari para tokoh yang telah memberikan contoh menulis. Sebenarnya menulis sesederhana kita membuat catatan harian. Menulis tidak harus dengan bahasa ilmiah. Tulisan yang kita tulis bisa dari pengalaman sehari-hari yang kita alami. Lewat kata yang kita tulis kita akan menemui hal baru. Hal-hal baru inilah yang dapat membuat diri kita lebih berkembang.

Menulis salah satu transformasi diri. Ketrampilan menulis tidak semua orang dapat konsisten menulis. Kekonsistenan menulis harus dibarengi dengan kemauan untuk membaca buku. Buku yang kita baca kita olah kembali untuk kita tuangkan ke dalam sebuah tulisan dengan bahasa kita sendiri. 

Salam literasi

Blitar, 08 Mei 2023

Posting Komentar

0 Komentar