Dapat Buku, Dapat Ilmu

 


Kemarin 5 Mei sekitar jam 8 pagi saya bersama komunitas literasi yaitu Sahabat Pena Kita Tulungagung mengadakan anjangsana di ndalem kasepuhan Prof. Naim. Silaturahim ini memberikan pemantik bagi saya khususnya, umumnya kepada anggota Sahabat Pena Kita dalam menulis. Menulis menjadikan suatu kebutuhan yang tidak boleh ditinggalkan. Semangat membaca dan menulis naik-turun seperti rolkoster. Sulit untuk dilakukan jika tanpa paksaan. Dengan paksaan akan menjadi suatu kebiasaan.

Dan kemarin Prof. Naim membagikan buku kepada semua yang hadir di rumah beliau. Meskipun saya datang terlambat, saya masih ada kesempatan untuk menyimak Prof. Naim menyampaikan tentang dunia membaca dan menulis. Dapat buku dengan judul zuhud yang ditulis oleh Gus Sauqi. Saya masih mengintip sedikit buku itu belum selesai membacanya.

Banyak sekali pesan yang disampaikan oleh Prof. Naim dan harus direnungkan serta diaplikasikan. Beliau menyampaikan tentang membaca. Bahwa membaca harus dipaksa. Bukan menghukum diri tapi instropeksi diri. Lewat membaca, ide akan muncul tanpa bingung mencari ide. Dan ide bisa muncul kapanpun dan di manapun.

Ide yang didapat dituangkan dengan lewat tulisan. Tulis yang kita tulis setiap hari dengan rutin akan terkumpul. Dengan terkumpulnya tulisan tersebut dapat menjadi sebuah buku. Perjuangan menghasilkan sebuah buku harus melewati berbagai hambatan. Hambatan inilah yang harus dilawan.

Silaturahim kemarin memberikan manfaat bagi saya. Di samping dapat buku, juga dapat ilmu. Karena dua hal ini satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sebaik-baik teman duduk setiap waktu adalah buku dan sebaik-baik teman diskusi adalah mendiskusikan ilmu.


Salam literasi

Blitar, 6 Mei 2024

Posting Komentar

0 Komentar