Secercah Surat

 

            Sembari menunggu adzan shalat Isya’ saya meluangkan waktu untuk menulis. Entah kenapa akhir-akhir ini banyak sekali yang harus saya selesaikan. Di saat saya termenung sebelum maghrib tadi, saya punya ide menulis tentang sepasang sandal yang kadang kala disepelekan karena letaknya di kaki padahal sandal memiliki peranan yang sangat penting. Itulah sebagian sifat manusia yang kadang kala menyepelekan hal yang sepele. Bayangkan jika manusia hanya memakai satu sandal maka akan pincang atau berat sebelah. Sama dengan kehidupan jika tidak seimbang maka akan berat sebelah. Makanya Tuhan menciptakan kehidupan selalu berpasangan.

            Malam yang bersahabat dengan siang, pagi yang bersahabat dengan sore, lelah selalu menunggu istirahat, hati yang setia menunggu pujaan hatinya, tangan yang menggenggam saudaranya untuk membantu, dan musim kemarau yang menunggu musim penghujan. Semua menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Itulah hidup yang selaras, serasi, seimbang, dan seirama.

            Perihal hidup akan selalu mempunyai keserasian tanpa adanya keserasian, hidup terasa hambar--tidak akan indah dan menawan. Beberapa keindahan bisa diperoleh dengan tolong menolong dan saling membantu sesama. Hati yang selalu lapang dalam menghadapi carut-marutnya kehidupan. Jika ada atasan pasti ada bawahan, namun terkadang ada seorang atasan yang sewenang-wenang kepada bawahan, karena merasa lebih tinggi jabatan. Padahal tanpa adanya bawahan tak akan mampu seorang atasan menyelesaikan sendiri masalahnya.

            Hidup adalah perjalanan panjang yang tak akan pernah kita ketahui ke arah mana kita dibawanya. Begitulah hidup, kadang di bawah kadang di atas ibarat sebuah roda yang berputar. Semuanya sudah diatur oleh Sang Maha Tinggi, jodoh, rejeki, dan mati. Rahasia Ilahi.

            Berbicara mengenai jodoh, rejeki, dan mati sudah ditulis di Lauhul Mahfudz. Manusia tugasnya berdo’a dan berikhtiar. Tak ada yang bisa dilakukan manusia karena kemampuan manusia terbatas. Mengutip dari buku Sapiens yang ditulis oleh Yuval Noah Harari:

“Sebagian besar kecakapan harus diasuh dan dikembangkan. Bahkan bila seseorang terlahir dengan bakat tertentu, bakat itu biasanya akan tetap tersembunyi bila tidak dirawat, diasah, dan dilatih”.

Keterbatasan yang disematkan kepada manusia selalu ada. Kemampuan terbatas namun tidak berpikiran terbatas, berpikir bebas tanpa batas. Apalagi kita sebagai generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Di pundak pemuda  bangsa ini mampu bersaing dikancah nasional bahkan internasional. Mari terus berkarya walaupun masih lewat tulisan. Pemuda hebat, kuat, bersinergi, dan berperan aktif untuk orang tua, keluarga, masyarakat, dan Negara.

Salam literasi

Blitar, 19 Agustus 2020

Posting Komentar

0 Komentar