Angin pagi merasuk ke sanubari yang paling dalam. Membawa derasnya jiwa-jiwa yang tenang. Pagi yang mulai menghilang, mentari menunjukkan sinarnya. Hidup adalah perjuangan, menggapainya tak semudah membalikkan telapak tangan. Sebenarnya tujuan utama hidup bukan hanya mengejar materi, akan tetapi menggapai yang pasti, salah satunya beribadah dan mencari ridla Ilahi. 

     Dalam kesempatan kali ini saya akan menceritakan seorang anak laki-laki yang sangat gigih dalam berjuang. Ia seorang anak pedagang dulunya. Sekarang ia bekerja di salah satu pabrik di Batam. Dan kemarin siang saya dikabari bahwa ia baru saja sampai. Sudah seminggu ia di rumah. Banyak yang ia ceritakan kepada saya. Saya pun mencoba untuk mengulik bagaimana kehidupan di sana dan apa yang didapatkan dari perantauan. Ada banyak pertanyaan yang saya tanyakan. Ia pun menjawab dengan sangat antusias dan kami saling sharing tentang kehidupan di sini dan di sana.

     Ia bercerita bahwa hidup di perantauan dan ikut orang tidak seenak dan semudah dibayangkan oleh kebanyakan orang. Ia harus banting tulang dan menguras keringat demi kehidupannya di sana dan ibunya yang ada di kampung. Ia sejak kecil sudah ditinggal oleh ayahnya untuk selamanya. Namun semangat dan kegigihan untuk hidup inilah yang membuat saya terharu. Karena ia menjadi tulang punggung keluarganya. 

     Perjuangan demi perjuangan terus ia lakukan tanpa patah semangat. Memang benar hidup adalah perjuangan. Selama seseorang mau berusaha dan berserah akan dapat meraih selagi mau berproses tanpa lelah. Mari mensyukuri nikmat yang sudah dimiliki hari ini. Jangan melihat yang belum tentu pasti terjadi. Ketabahan dan keikhlasan menjalani hidup. Mari terus kita pupuk agar tak ada rasa cemas dan gelisah dalam hidup. Belajar dari kegigihan seseorang akan mampu melahirkan ketentraman hati dan jiwa yang paling dalam serta lebih banyak bersyukur.


Salam literasi

Blitar, 23 Juli 2021