Manusia adalah salah satu makhluk Allah swt yang diciptakan sempurna dari sekian banyak makhluk di dunia ini. Yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal dan pikiran serta qalb (hati). Kita pastinya pernah membaca cerita tentang layla dan majnun. Majnun yang sangat mencintai layla karena kecantikannya begitupun sebaliknya, membuat majnun lupa diri. Hati yang tak bisa dibendung. Memang manusia selalu bergejolak di setiap langkahnya jika berkaitan dengan hati. Wajah yang terlihat muram dan cemberut menandakan ketidaksesuaian dengan keadaan hati yang resah dan gelisah. Wajah muram menandakan ada sesuatu yang dipikirkan bisa karena masalah hidup, percintaan, pekerjaan rumah yang tidak kelar, dimarahi oleh kedua orang tua, putus dengan gebetan, atau karena hal lain yang itu memengaruhi fisik seseorang. Karena keadaan psikis yang tertekan akan terlihat pada raup muka ynag tertekan pula.

Bicara tentang cinta takkan habis-habisnya, setiap manusia pasti memiliki rasa cinta, kasih sayang, dan masih banyak lagi. Rasa cinta atau kasih sayang tak hanya dimiliki oleh manusia, hewan pun memilikinya. Pada dasarnya kalau kita hitung kata cinta itu ada lima huruf yaitu C-I-N-T-A. Cinta yang begitu sangat indahnya jika dimiliki oleh setiap orang akan menjadikan kasih sayang satu sama lain. Dewasa ini banyak para pemuda pemudi yang belum cukup umur sudah memunyai ketertarikan antara keduanya. Padahal umur mereka produktif sekali digunakan untuk berkreasi, menghasilkan karya, dan tidak perlu berpacaran yang tak ada manfaat hanya akan menjadikan berdosa serta maksiat.

Suatu ketika ada seorang pemuda yang sangat ‘alim dan tawadlu’ namanya Raka. Dia sangat rajin sekali dalam segala hal mulai dari ibadahnya, cara bergaul dalam bertutur kata sangat lembut, berbudi luhur. Raka merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dia dilahirkan oleh kedua orang tuanya yang berasal dari negeri upin ipin atau Malaysia. Ayahnya berasal dari Malaysia ibunya asli dari Indonesia.

Raka masih menempuh studi di salah satu kampus ternama di Malaysia, dia waktu itu masih menjalani semester enam. Teman-temannya sangat menyukai dia karena akhlaq dan budi pekertinya begitu luhur, tanpa pandang bulu, dia sangat suka membantu, peduli sesama, dengan lingkungan apalagi dengan orang yang lebih tua sangat hormat sekali. kebaikannya sudah tidak diragukan lagi.

Memang Raka lahir dari orang tua yang sangat sederhana, tapi tanpa patah semangat dia mengejar cita-cita yang diimpikan mulai dari sekolah dasar untuk bisa sekolah yang lebih tinggi. Dia bisa masuk perguruan tinggi karena mendapat beasiswa. Itulah jika impian ada dibarengi dengan ikhtiar pasti impian akan bisa kita raih.

Pagi-pagi buta dia sudah bangun untuk melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) tak henti-hentinya setiap hari tanpa putus semangat dia selalu shalat malam. Dibukanya Al-Quran untuk dibaca dengan penuh keikhlasan membacanya, tanpa adanya paksaan.

Selesai shalat subuh dibukalah buku-buku mata kuliahnya, setiap halaman perhalaman dengan perlahan membaca sampai menunggu waktu terbit fajar. Selesai membaca ia pun bergegas membantu kedua orang tuanya. Setiap hari dilakukan denga nyamannya. Pukul 07.00 sudah terlihat pada jam dinding, pertanda Raka bersiap berangkat ke kampus.

Bersiap berangkat minta do’a restu kedua orang tua. Diambillah sepedanya dari dalam garasi sambil dituntun keluar, barulah ia mengendarainya. Mengayuh tanpa lelah, lumayan jarak rumah dengan kampus kira-kira 7 km. yang namanya niat tak akan mengenal yang namanya jauh maupun  dekat, hujan maupun panas. Apapun akan selalu dilewati dengan semaksimal mungkin.

Raka masuk ke dalam kampus untuk memakirkan sepedanya. Berjalanlah ia ke kelas untuk mengikuti perkuliahan. Tanpa menyadari ternyata ada salah satu mahasiswi yang diam-diam menyukai Raka akan tetapi beda kelas dengan Raka, tapi Raka tak menghiraukannya karena tujuan utama dia hanya satu tak memikirkan pacaran sama sekali yaitu belajar, belajar, dan belajar dan bisa membanggakan kedua orang tua.

Perkuliahan selesai, Raka keluar kelas, tiba-tiba dihampiri oleh seorang perempuan yang satu kampus dengannya. Raka belum pernah melihatnya kemudian perempuan tersebut memanggil dan dijawab oleh Raka. Tanpa basa-basi Raka bertanya alasan perempuan itu memanggilnya. Ternyata mau mengajak kenalan. Kenalan pun berlangsung dengan sangat renyahnya.

Selang dua minggu mereka tak sengaja bertemu di ruangan musik, saat itulah Raka memberikan sebuah tasbih kepada perempuan tersebut. Di depan ruang musik dengan sangat gugup dia memberikan kepada Fatimah. Fatimah pun menerima tasbih pemberian Raka.

Raka mengatakan kepada Fatimah “Fat, saya memberikan tasbih ini kepadamu sebagai tanda bukti bahwa apabila kamu benar-benar serius denganku, dan jika suatu saat nanti jika cita-citaku tercapai serta saya bisa membanggakan kedua orang tuaku saya akan menemui kedua orang tuamu bersama orang tuaku untuk mengambil tasbih ini untuk dijadikan bukti bahwa saya siap menjadi imammu. Selamat membaca, dan salam aksara.

 

Blitar, 07 Agustus 2020