Dalam rantai makanan tikus berada pada posisi pertama sebagai konsumen, yang memakan tumbuh-tumbuhan misalnya padi, ketela, jagung dan lain-lain. Hewan kecil ini banyak ditemui di sawah, di lubang-lubang selokan sawah, bahkan merajai di rumah-rumah. 

Hewan berukuran kecil ini sampai sekarang masih menjadi musuh para petani. Karena banyak tanaman para petani yang telah dimakan bahkan dirusak tanamannya. Sehingga para petani mengeluh dan terus mencari solusi yang tepat untuk memberantas hewan satu ini.

Berbagai cara telah dilakukan mulai dari kapas yang diberi bensin kemudian dimasukkan ke dalam lubang-lubang habitat tikus dan ada juga menaburkan garam, pasir, abu bekas perapian yang dicampur jadi satu kemudian dibacakan surah yasiin sebanyak 3 kali selanjutnya ditaburkan di setiap pojok sawah.

Tips dan trik tersebut telah dilakukan oleh petani dengan tujuan mengusir atau membasmi. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat hewan satu ini. Akan tetapi tikus bertambah lebih banyak lagi.

Habitat yang dirusak bukan menjadikan tikus berkurang melainkan bertambah banyak. Apakah penyebabnya? atau jumlah tikus lebih banyak daripada jumlah ular? ini menjadi pertanyaan.

Di samping tikus, ada hama lain menyerang yaitu belalang. Belalang yang tak henti-hentinya memakan tumbuhan membuat petani kebingungan. Insektisida pun tak mampu untuk mengatasinya.

Ini perlu adanya suatu penemuan baru oleh para peneliti untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh petani. Apabila tidak ada akan menjadikan petani gagal panen.

Jika gagal panen petani sangat rugi. Di samping rugi biaya juga tenaga. Oleh karenanya nasib petani juga harus diperhatikan, tanpa adanya petani siapa lagi yang akan memenuhi kebutuhan manusia di muka bumi untuk melangsungkan kehidupan.

Petani mempunyai peran yang sangat penting dalam keberlangsungan di bumi. Jasa petani sangat luar biasa bila ditelisik secara mendalam. Bayangkan jika petani mogok. Pasti tak ada lagi yang bisa kita makan dan nikmati. 

Salam Literasi!

Blitar, 24 Juli 2020