Pertanyaan yang selalu ada dibenak saya atau mungkin yang membaca tulisan ini. Menulis itu menurut sebagian orang sulit bagi yang menganggapnya sulit. Berbeda dengan orang yang menganggap bahwa menulis itu mudah. Apapun yang dilihat atau kegiatan apapun, malah menjadi sebuah karya tulis.

Ketika saya mulai menulis saat itu tak henti-hentinya menghapus-tulis-menghapus-tulis sehingga tulisan yang seharusnya selesai hanya beberapa menit malah beberapa hari karena hanya ditulis-dihapus-ditulis.

Menulis berarti beraksara, menggubah, mengadaptasi, mengeksplorasi, berimajinasi dengan kemampuan yang ada di dalam diri serta pikiran dituangkan lewat susunan aksara sehingga yang membaca tergugah untuk membaca. Bagi yang baca.

Bagi seorang calon penulis atau penulis jika tulisan yang ditulis diapresiasi dengan baik, maka otomatis akan memberikan energi positif bagi si calon penulis atau penulis. Itu berarti tulisan yang ditulis telah dibaca.

Menulis butuh proses tak serta merta langsung bisa. Ada tahapan-tahapannya. Jika semua sudah dilalui tanpa ada paksaan akan terbiasa. Karena seseorang apabila melakukan sesuatu harus dipaksa terlebih dahulu agar terbiasa.

Terkadang tulisan yang kita tulis ada yang memuji dan mencaci. Tidak apa itu malah bagus berarti tulisan kita telah dibaca. Dengan adanya respon yang baik atau tak baik dapat menjadikan semangat untuk selalu menulis. Karena cacian dan pujian bukan tujuan akan tetapi sebagai pembenahan.

Berbagai kendala yang dihadapi pemula atau penulis untuk menulis misalnya kurangnya kesadaran diri, writer's block (kebuntuan menulis secara tiba-tiba), pekerjaan yang menyita waktu sehingga tak sempat untuk menulis bagi yang mager, tidak adanya motivasi dari dalam diri maupun luar (komunitas menulis). Hal-hal seperti yang saya sebutkan, mungkin salah satu ada pada diri kita. Sehingga perlu adanya instropeksi diri.

Kalau saya sendiri sangat terinspirasi dari Pak Prof.Ngainun Naim yang mana beliau bagi saya seorang motivator dan apresiator karena beliau selalu memberikan spirit bagi kami yang ingin belajar dan tergerak untuk menulis. Tulisan-tulisan beliau yang menggugah semangat menjadikan saya lagi, lagi, dan lagi untuk menulis tanpa jeda. Ditambah ada komunitas literasi yang tanpa jeda memberikan semangat.

Kembali pada pertanyaan di atas kenapa saya menulis? Karena saya ingin mengabadikan tulisan saya untuk dibaca oleh manusia ataupun diri saya sendiri jika suatu saat lupa bisa dibuka kembali. Ini salah satu cara saya dengan mengabadikannya. Di samping dokumentasi.

Salam Literasi

Blitar, 14 Juli 2020