Hampir sembilan jam mulai dari pukul 09.00-16.53 listrik rumah padam. Namun, tidak hanya rumah. Pemadaman secara menyeluruh kecamatan Srengat. Saya tadi pagi tidak mengingatkan orang tua bahwa akan ada pemadaman sementara. Air di kamar mandi berkurang karena belum terisi secara penuh. Memang kewaspadaan sangat dibutuhkan.
Padamnya listrik semua orang bingung. Bingung karena semua serba listrik. Mulai dari setrika, televisi, telepon genggam yang kehabisan daya, laptop juga, rice cooker, dan masih banyak lagi. Sehingga membuat seorang galau apabila listrik padam terlalu lama. Akan tetapi kalau dipikir beda dengan orang dulu. Orang zaman dulu hanya membutuhkan dimar ublek. Tanpa adanya lampu yang memadai tapi tenang-tenang saja. Begitulah bedanya orang dulu sama orang zaman sekarang.
Sebenarnya jika kita mau belajar dari orang dulu kita akan memperoleh manfaat yang sangat besar. Manfaat dengan menerima apa yang sudah digariskan dan ditentukan oleh Allah SWT. Tidak terlalu berlebih-lebihan dalam segala hal. Sederhana namun dapat memberikan ketenangan di dalam hati. Layaknya seorang muslim sejati, tidak perlu mewah asal berkah dan tenang di hati. Ketenangan dalam dibutuhkan sekali oleh manusia. Harta yang melimpah ruah belum tentu memberikan ketenangan bagi pemiliknya. Jadi, bersyukur merupakan hal sangat penting dalam mengarungi samudra kehidupan yang serba modern ini.
Mari kita merenung bersama, ketika saat lampu padam. Apa yang kita lihat? Diri kita sendiri. Betul ketika kita melihat diri kita maka sudah jelas, menilai diri sendiri lebih penting daripada menilai orang lain. Karena manusia turun ke dunia tugasnya satu hanya untuk beribadah kepada-Nya. Semua kegiatan apapun itu jika kita niatkan untuk beribadah tidak rugi dan malah berpahala. Namun, apabila niatnya keliru, sudah dipastikan rasa syukur akan hilang, naudzubillah. Semoga kita termasuk orang yang selalu bersyukur dan menjalani kehidupan dengan senang hati tanpa keluh kesah di dalam jiwa kita.
Salam literasi
Blitar, 2 Januari 2022
0 Komentar