Sarapan adalah salah satu aktivitas pagi yang wajib dilakukan. Mengapa saya mengatakan wajib? karena seseorang sebelum melakukan aktivitas baik bekerja maupun berkegiatan yang lain membutuhkan energi. Energi diperoleh dari makanan yang dimakan. Sehingga dengan asupan makanan yang baik akan terbentuk energi yang baik pula. Perlu kita ketahui bersama bahwa asupan makanan tidak hanya dari nasi bisa juga dari sayuran dan buah-buahan. Dengan memperoleh gizi seimbang insya Allah akan terjaga kesehatan. Yang terpenting adalah pola makan, pola pikir, dan pola hidup yang baik.

       Makanan salah satu sumber energi manusia dan energi terbesar di bumi adalah matahari. Allah Swt. menciptakan segala sesuatunya di muka bumi selalu ada manfaatnya bagi manusia. Tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya secara baik atau tidak. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa manusia adalah khalifah atau pemimpin di muka bumi untuk menjaga dan melestarikannya. Tanpa disadari eksploitasi besar-besaran dilakukan. Ini perlu adanya tindakan tegas bagi mereka-mereka yang dengan sengaja merusak bumi seenaknya tanpa berpikir apa yang akan terjadi di masa depan.

       Oh ya, kenapa pembahasannya sampai ke eksploitasi padahal membahas sarapan. Maklum, saya menulis dengan gaya yang disampaikan oleh Pak Hernowo Hasim di dalam bukunya yang berjudul free writing. 

       Free writing adalah menulis bebas tanpa beban dan keberatan menulis. Nulis untuk berproses, mengabaikan hasilnya terlebih dulu. Yang penting nulis dalam proses. 

       Membahas sarapan menurut saya ada kaitannnya antara membaca dan menulis. Cerita sedikit, di sela-sela aktivitas pagi saya meluangkan waktu untuk membaca, ya, walaupun hanya lima sampai enam lembar. Namun membaca sekian halaman adalah salah satu cara saya untuk menambah pengetahuan dalam dunia literasi. Sedikit membaca mengena daripada banyak tapi tak membekas sama sekali di pikiran. Iya betul, sarapan pagi saya membaca buku.

      Dalam menulis sebenarnya kita melibatkan otak kanan karena otak kanan berpikir secara bebas, sedangkan otak kiri berpikir secara tertib. Kedua belahan, antara otak kanan dan kiri dihubungkan sebuah jembatan yang bernama corpus collosum yang saling berhubungan. Jika kedua otak ini bekerja secara seimbang maka akan tercipta sebuah pengetahuan, ketrampilan, dan hasrat yang utuh. 

       Semoga kita semua menjadi manusia yang menulis bebas tanpa batas tetapi dengan tetap tahu batasan-batasan yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Sarapan pagi dengan tempe goreng.

Salam literasi

Blitar, 19 Februari 2021