Punakawan

 
  Sumber foto: Ensiklopedia Indonesia


   Dalam seni pewayangan ada banyak sekali kisah-kisah yang disajikan. Para penikmat seni pasti tidak asing kisah-kisah yang diambil dari sastra kuno. Mulai dari Ramayana sampai Mahabarata. Bukan hanya itu, di setiap pagelaran wayang pasti ada pesan yang hendak disampaikan oleh seorang dalang. Begitu juga tokoh yang dikemas menjadi punakawan.
      Istilah punakawan diambil dari pana yang artinya paham dan kawan yang artinya teman. Jika mencari tokoh punakawan di naskah Ramayana dan mahabarata jangan heran jika tokoh punakawan tidak ada di sana. Punakawan adalah tokoh yang diciptakan oleh pujangga Jawa. Menurut Slamet Mulyono seorang sejarawan tokoh punakawan pertama kali muncul dalam karya sastra Gatotkaca Sraya karangan Empu Panuluh pada zaman kerajaan Kediri.
        Hal yang paling khas keberadaan punakawan adalah sebagai kelompok penebar humor di dalam jalinan cerita pewayangan. Tingkah laku dan ucapan mereka hampir selalu mengundang tawa penonton. Selain sebagai penghibur dan penasehat, ada kalanya mereka bertindak sebagai penolong majikan mereka saat menghadapi kesulitan. Misalnya sewaktu Bima Sena kewalahan menghadapi Sengkuni dalam perang Bharatayudha. Semar muncul memberi tahu titik kelemahan Sengkuni. 
  Dalam percakapan antar punakawan tidak jarang bahasa dan istilah yang mereka pergunakan adalah istilah modern yang tidak sesuai dengan zamannya. Namun hal itu seolah menjadi hal yang biasa dan tidak dipermasalahkan. Misalnya dalam pementasan wayang. Tokoh Petruk memiliki mobil dan handphone padahal benda tersebut belum tentu ada pada masa pewayangan tersebut. 
     Empat tokoh dalam punakawan terdiri dari Semar dan ketiga anak angkatnya yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Para punakawan ditampilkan untuk mencairkan suasana dan penceria. Selain itu punakawan memiliki karakter masing-masing yang tentunya patut diselami lebih dalam.
     Yang pertama, Semar adalah salah satu yang ada di punakawan. Dikisahkan sebagai abdi tokoh utama cerita sahadewa dari keluarga Pandawa. Bukan saja sebagai abdi, Semar juga kerap kali memberikan nasihat-nasihat bijaksananya untuk keluarga Pandawa. Semar digambarkan sebagai tokoh yang sabar dan bijaksana. Kepala dan pandangan Semar menghadap ke atas menggambarkan kehidupan manusia agar selalu mengingat Sang Kuasa. Kain yang dipakai sebagai baju oleh Semar yakni kain Semar Parang Kusuma Raja merupakan perwujudan Memayu Hayuning Bawana atau agar menegakkan keadilan dan kebenaran di bumi sedangkan di kalangan spiritual Jawa Semar dianggap sebagai simbol ke-Esaan.
     Yang kedua, Gareng dalam cerita pewayangan Jawa diceritakan ala Gareng adalah anak Gandarwo yaitu sebangsa jin yang diangkat oleh Semar. Pancal pangor adalah nama lain Gareng yang artinya menolak godaan duniawi. Gareng memiliki arti agar berhati-hati dalam bertindak. Dalam suatu cerita Gareng dulunya adalah seorang raja, namun ia sombong, bahkan ia menantang setiap ksatria yang ia temui dan dalam suatu pertarungan mereka seimbang. Tidak ada yang menang dan kalah, tapi dalam pertarungan itu wajah Gareng yang rupawan menjadi buruk rupa. Gareng memiliki perawakan yang pendek dan selalu menunduk. Hal ini menandakan kehati-hatian meskipun sudah makmur, tetapi harus tetap waspada. Matanya juling yang artinya tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan. Sedangkan tangannya melengkung hal ini menggambarkan untuk tidak mengambil hak orang lain.
 Yang ketiga, Petruk digambarkan sebagai tokoh yang gemar bercanda baik melalui ucapan maupun tingkah laku. Ia adalah anak kedua yang diangkat Semar. Nama lainnya adalah Kantong Bolong yang artinya suka menderma. Sebagai punakawan ia adalah sosok yang suka mengasuh, merahasiakan masalah, penyimak yang baik dan selalu bermanfaat bagi orang lain. Dalam suatu cerita saat pembangunan Sapta Arga, kerajaan ditinggalkan dalam keadaan kosong, kemudian Jimat kalimasada milik Pandawa menghilang. Jimat itu ternyata dicuri oleh Mustakaweni, mengetahui hal itu Bambang Irawan yang tak lain anak dari Arjuna bersama Petruk berusaha merebut jimat tersebut akhirnya jimat tersebut dapat direbut dan dititipkan kepada Petruk. Namun sayangnya Petruk menghilangkan jimat tersebut, untungnya jimat tersebut ditemukan kembali. Kemudian ia meminta maaf kepada Pandawa. Melalui kisah itu Petruk memperingatkan dan memperhitungkan setiap tata kelakuan dan tak mudah percaya kepada siapapun, kemudian berani mengakui kesalahan dan meminta maaf. 
     Yang keempat, Bagong adalah anak ketiga yang diangkat oleh Semar. Diceritakan, Bagong adalah manusia yang muncul dari bayangan. Suatu ketika Gareng dan Petruk minta dicarikan teman oleh Semar, kemudian Sanghyang Tunggal berkata " Ketahuilah bahwa temanmu adalah bayanganmu sendiri", seketika sosok Bagong muncul dari bayangan. Sosok Bagong digambarkan berbadan pendek, gemuk, tetapi mulut dan matanya lebar yang menggambarkan sifatnya yang lancang, namun jujur dan sakti. Ia kerap kali melakukan sesuatu hal yang tergesa-gesa, dari sikap Bagong yang tergesa-gesa itu justru mengajarkan kepada kita untuk selalu memperhitungkan apa yang hendak dilakukan agar tidak seperti Bagong. Tokoh yang satu ini mengingatkan bahwa manusia memiliki berbagai watak dan perilaku, tidak semuanya baik. Sehingga setiap orang harus bisa memahami watak orang lain, toleran, dan bermasyarakat dengan baik. 
      Semoga tulisan ini bermanfaat dan kita semua dapat mengambil pelajaran serta dapat dijadikan bacaan kalian yang baru pulang bekerja, ngantor dan yang lainnya. Tulisan ini penulis adaptasi dari channel youtube pegawai jalanan.

Salam literasi

Blitar, 29 September 2020
 

Posting Komentar

8 Komentar

  1. MasyaAllah, banyak pesan penting yg saya dapatkan.

    Kendati secara pribadi kurang begitu paham dgn para tokoh pewayangan, selain yg telah disebutkan di atas.

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah berkunjung mas alfin

    BalasHapus
  3. Keren sangat. Sarat akan nilai-nilai kehidupan dan bagaimana bersikap.

    BalasHapus
  4. Trimakasih pak telah membuat tulisan ini. Jadi mengerti tentang asal usul...sifat2 dan apa saja yg bisa di pelajari dari punakawan. Dulu ngertinya hanya lewat ria jenaka saja. Paling suka dg petruk...😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama bu mun...
      Terima sudah berkenan berkunjung😊

      Hapus
  5. Membahas punakawan memang selalu menarik, terimakasih tentang pengetahuan barunya mas.. 😄👍

    BalasHapus