Homo homini socius adalah manusia sebagai makhluk sosial. Di samping itu juga sebagai seorang khalifah yang ada di muka bumi serta menjalankan perintah Tuhan yang Maha Esa. Beramal shalih adalah perkara yang harus dilakukan oleh seorang manusia. Banyak sekali amal shalih yang dapat dilakukan bagi seorang hamba jika masih hidup. Misalnya berbakti kepada orang tua, saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan taqwa, tidak merusak alam dan sebagainya.
Sebagai seorang muslim tak akan lepas yang namanya bersosial apalagi spiritual karena dua hal ini tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita. Seandainya salah satu dari kedua hal ini tidak seimbang maka kehidupan tak akan selaras. Karena hidup ini saling berpasangan, saling menyempurnakan dan melengkapi.
Di dalam buku yang baru saya baca, ada kutipan yang menurut saya sangat menarik. Menurut Imam al Ghazali seorang ilmuwan dan sufi kenamaan yang hidup sekitar abad kesebelas Masehi, Ia mengibaratkan diri manusia sebagai kerajaan, hati nurani sebagai rajanya sedangkan akal dan pikiran sebagai perdana mentrinya dan panca indra dan anggota-anggota lainnya seperti aparat-aparat pembantu yang seharusnya patuh dan tunduk pada rajanya.
Raja yang mempunyai wewenang untuk memanajemen bawahannya namun tidak sewenang-wenang, perdana mentri yang tidak sepihak dalam memutuskan sebuah aturan karena sebuah aturan perlu dimusyawarahkan untuk menghasilkan mufakat dan kesepakatan bersama. Jika kerajaan yang dibangun dan orang-orang yang ada di dalamnya berperan sesuai dengan tugasnya masing-masing maka akan menjadi kerajaan yang sinergi.
Di dalam buku ini kita akan menemukan lima bab yang dibahas dan setiap bab ada beberapa subbab yang juga dibahas. Bab 1 Bercakap dengan diri sendiri di dalamnya ada subbab yaitu momentum berdialog dengan diri sendiri, tanah dan api, pakaian, mukmin kuat, mencintai al-quran, taqwa, keshalehan ritual dan sosial, kurban dan korban, dan nabi yang manusia; Bab 2 Bermunajat kepada Allah di dalamnya ada subbab yaitu apabila Allah mencintai hambanya, muslimin, dosa besar, syirik, memberi pinjaman, isra' mi'raj, mengendarai buraq, selamat makan; Bab 3 Bergaul dengan sesama subbabnya jangan membuat susah orang lain, menghormati tamu, perahu sahabat Umar, dalih dan dalil, ghairah, kita, dan diskusi; Bab 4 Peran tokoh masyarakat subbabnya ndalili kepentingan, tujuan dakwah, nasihat pak gubernur, kepek tokoh istri saya, peran seorang kiai, pahlawan; Bab 5 Dinamika umat dengan subbabnya penyegaran kehidupan politik, ndompleng nama ortu, ketagihan udara demokrasi, anggota DPR, kecelakaan pembangunan, tragedi nipah, memanusiakan orang kecil.
Dilihat dari uraian bab dan subbab tersebut kita bisa tahu bahwa KH. A. Musthofa Bisri dalam menulis dan mengemas tulisan dengan menarik untuk disampaikan kepada para pembaca. Dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti serta dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari
Salam literasi
Blitar, 20 September 2020
8 Komentar
Tulisan menarim
BalasHapusMantab sekali Kang Imam. Kutipan dawuh Imam al Ghazali tentang kedudukan hati nurani, akal dan pikiran serta anggota badan lain mengingatkan pada kitab Kimiyaus Sa'adah karya Beliau. Tulisan yang sangat apik.
BalasHapusTerima kasih pak ahmad suherdi dan mbak anis zuna
BalasHapusDereng maos bukune. hmmzz, penasaran ihhh
BalasHapusMampirlah kerumah saya...😀
BalasHapusTokoh favorit saya. Gus Mus. Tulisannya mantab.
BalasHapusMakna hidup.
BalasHapusSebagaimana makna yg saya dapatkan melalui tulisan yg disuguhkan.
Terima kasih mas alfin
BalasHapus